Ujian Tugas Akhir Tesis Pascasarjana ISI Surakarta Atas Nama Satriyo Wibowo
Program Studi Seni Program Magister, Fakultas Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta menyelenggarakan Ujian Tugas Akhir Tesis Karya Seni Satriyo Wibowo pada Jumat (5/7) di Teater Kecil ISI Surakarta. Hadir dalam sidang tersebut sebagai ketua penguji yaitu Prof. Dr. Dra. Sunarmi, M.Hum. sebagai Ketua Dewan Penguji Dr. Zulkarnain Mistortoify, M. Hum. selaku pembimbing; dan Dr. Peni Candra Rini, M.Sn. selaku penguji sidang.
Dalam Ujian Tugas Akhir Tesis Karya Seni minat Penciptaan Seni Musik, Satriyo mempertahankan tesisnya yang berjudul “Telu Tantra” Reinterpretasi Ajaran Hidup Raden Mas Said. Insprasi karya musik Satriyo dalam tugas akhir ini berangkat dari Raden Mas Said yang mengikrarkan “Tiji, Tibeh” (Mati Siji Mati Kabeh, Mukti Siji Mukti Kabeh). Hal ini dikembangkan dan ditumbuhkan menjadi sebuah falsafah dasar Negara yang dipegang oleh pemerintah dan rakyat (Mangkunegaran) secara lahir bathin, yang sekarang kita kenal dengan nama falsafah “Tri-Dharma”. mengekspresikan ide tersebut berdasarkan pengalaman pengkarya dalam dunia seni Satriyo ingin menyampaikan makna-makna isi dari Tri – Dharma menjadi sebuah pergelaran seni melalui konsep reinterpretasi.
Satriyo mengungkapkan bahwa terdapat tiga (3) bagian yang menjadi penting dalam ajaran Raden Mas Said tentang Tri-Dharma. Pertama, Rumangså mèlu andarbèni atau anggondhèli artinya merasa ikut memiliki adalah ikut serta berkontribusi dan bertanggung jawab berpusat pada penerimaan, perhatian, serta dukungan; Kedua, Wajib mèlu anggondhèli yang artinya ikut mempertahankan, mengusahakan supaya tetap tidak berubah dari keadaan semula; Ketiga, Mulat sarirå angråså wani, berani dengan kesungguhan hati melihat kekurangan diri.
Melalui kontemplasi interpretasi dari ajaran Raden Mas Said tentang Tri-Dharma, Satriyo memberi judul “Telu Tantra” pada karya musiknya yang berarti ‘tiga ajaran.’ Karya musik “Telu Tantra” dibagi menjadi tiga bagian komposisi yang mana ketiganya berpijak pada isi dari Tri-Dharma: Pertama, Welas Asih; Kedua, Susetyå; Ketiga, Ngåcå. Satriyo menjadikan satu kesatuan diantara ketiganya dalam mengajarkan tentang kerukunan dan kebersamaan antar warga negara.
Karya musik “Telu Tantra” yang disajikan Satriyo selain sebagai tontonan yang di kemas kedalam sebuah pertunjukan musik dapat di nikmati oleh penonton, juga memuat pesan dari ajaran “Tri-Dharma”. Satriyo menyajikan ini melalui synopsis karya, lirik lagu dan suasana yang dibangun pada penyajian seni musik ini. Ia mengarapkan karya seni musik “Telu Tantra” dapat menjadi salah satu alternatif rujukan untuk menyusun karya musik baru bagi siapapun yang tergerak dalam penciptaan musik.
Berikut dokumentasinya: