Ujian Tugas Akhir Tesis Pascasarjana ISI Surakarta Atas Nama Anwari

Program Studi Seni Program Magister, Fakultas Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta menyelenggarakan Ujian Tugas Akhir Tesis Karya Seni Anwari pada Rabu (3/7) di Dusun Bebengkon Desa Mantajun, Kecamatan Dasuk Sumenep. Hadir dalam sidang tersebut sebagai ketua penguji yaitu Dr. Drs. Budi Setiyono, M.Si. sebagai Ketua Dewan Penguji. Dr. Bagong Pujiono, M.Sn. selaku pembimbing dan Dr. Zulkarnain Mistortoify, M. Hum. selaku penguji sidang.

Dalam Ujian Tugas Akhir Tesis Karya Seni minat Penciptaan Teater, Anwari mempertahankan tesisnya yang berjudul “Taténgghun Némor yang berarti Pertunjukan Musim Kemarau”. Karya pertunjukan teater yang diciptakan oleh Anwari berupa penggabungan beberapa unsur yaitu seni teater, musik, rupa, sastra lisan, tarian, dan multimedia. Ide yang diambil oleh Anwari berakar pada transformasi makanan pokok dan teknologi tradisional dalam budaya Madura, serta menyoroti pentingnya tradisi pertanian dan ritus dalam kehidupan masyarakatnya. Karya ini bertujuan untuk menghidupkan kembali bentuk-bentuk budaya Madura yang mulai ditinggalkan seperti jagung, ghilis, dan tari topeng Ghulur melalui pertunjukan teater.

Anwari menyajikan pertunjukan Taténgghun Némor yang memadukan elemen-elemen tradisional dan kontemporer, diawali dengan seorang Perempuan Tua menggiling jagung sambil menyanyikan tembang Madura, diikuti dialog dengan Perempuan Muda tentang pentingnya jagung sebagai identitas pangan Madura. Pada akhir penyajian karya teater ini berupa tarian topeng Ghulur dan musik instalasi ghilis, serta ditutup dengan video dokumenter tentang tradisi Topeng Ghulur. Bagi Anwari, hal ini merupakan penekanan pentingnya pelestarian budaya Madura melalui karya seni teater dengan pendekatan teater antropologi. Metode berlatih aktor Reality of Body dalam pertunjukan yang disajikan oleh Anwari ini, menekankan pada eksplorasi fisik dan kesadaran tubuh secara total dengan gerak khas kultur Madura. Melalui pendekatan ini, aktor diajak untuk memahami dan menghayati setiap gerakan dan ekspresi tubuh mereka sebagai refleksi langsung dari karakter yang diperankan dan konteks budaya Madura yang diangkat dalam pertunjukan. 

Anwari berpendapat bahwa karya ini memiliki kegunaan ganda. Pertama, akan memainkan peran penting dalam pemunculan kembali bentuk-bentuk budaya Madura yang mulai ditinggalkan. Melalui pembacaan kejung Madura, gerak realita tubuh keseharian, dan tarian topeng Ghulur, karya teater ini menghidupkan kembali bentuk-bentuk budaya yang hampir terlupakan dan menjadikannya relevan dalam konteks modern. Kedua, karya ini akan memberikan alternatif baru tentang penghadiran kembali bentuk-bentuk budaya Madura yang nyaris ditinggalkan ke dalam seni pertunjukan, serta menciptakan kemungkinan baru dalam pendekatan seni.

Anwari menegaskan bahwa, karya seni teater ini bukan hanya sebagai manifestasi kreativitas, tetapi juga menjadi sumber pemantik bagi seniman lain untuk menciptakan karya yang lebih inovatif melanjutkan kerja penghidupan kembali bentuk-bentuk budaya Madura yang mulai ditinggalkan. Pelestarian budaya menjadi bagian penting dalam karya teater ini, bisa dikatakan semacam revitalisasi atas sesuatu yang vital tetapi sudah nyaris punah.

Anwari mengatakan, “Pertunjukan ini pada akhirnya berupa panggilan kepada diri sendiri dan masyarakat luas, termasuk instansi-instansi terkait yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian budaya dalam langkah yang lebih sistematis dan berkelanjutan.” Ia menyadari bahwa potensi seni dan kekayaan budaya Madura tidak hanya layak untuk dilestarikan, tetapi juga memiliki nilai yang besar agar dieksplorasi lebih jauh sebagai bagian dari warisan budaya bangsa. Pertunjukan ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan saja, tetapi juga sebagai media edukasi dan pelestarian budaya yang sistematis dan berkelanjutan, lanjutnya.

Berikut dokumentasinya: