Rilis Berita Pertanggungjawaban Ujian Tugas Akhir Tesis Adaptive reuse Estetika Lawasan Jawa: Kajian Identitas Kultural di Kedai Kopi Surakarta Yuninggar Renaningtyas
Surakarta, 13 Agustus 2024 – Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta menggelar ujian tugas akhir tesis Yuninggar Renaningtyas yang mengangkat judul “Adaptive reuse Estetika Lawasan Bangunan Jawa di Kedai Kopi Surakarta”. Di bawah minat studi Pengkajian Desain, Yuninggar mengupas fenomena adaptasi bangunan lawasan Jawa yang kini menjadi tren di sejumlah kedai kopi di Surakarta, seperti Kulonuwon Kopi, Kopi Parang, dan The Hidden Swargi.
Ujian tesis yang dipimpin oleh Dr. Ana Rosmiati, S.Pd., M.Hum sebagai Ketua Dewan Penguji, dengan bimbingan Prof. Dr. Dra. Sunarmi, M.Hum, dan Dr. Titis Srimuda Pitana, M.Trop, membahas bagaimana bangunan-bangunan bersejarah ini melalui pendekatan adaptive reuse, yang mempertahankan elemen budaya namun menambahkan nilai estetika kontemporer.
Dalam presentasinya, Yuninggar menyoroti bagaimana kedai kopi, yang dulunya hanya menjadi tempat santai dan interaksi sosial, kini juga menjadi ruang kerja bagi pekerja kreatif, pelajar, hingga tempat pertemuan sosial. Desain kedai kopi yang menggunakan konsep adaptive reuse tak hanya mengubah fungsi bangunan, tetapi juga menjaga karakteristik asli arsitektur Jawa dan membawa romantisme masa lalu yang kini menjadi daya tarik baru bagi masyarakat urban.
Penelitian Yuninggar mengenai adaptive reuse pada estetika lawasan bangunan Jawa di kedai kopi Surakarta mengungkap tiga poin utama yang saling terkait. Pertama, bentuk adaptive reuse mengintegrasikan arsitektur lawas khas Jawa dengan desain modern, menciptakan perpaduan estetika yang harmonis tanpa menghilangkan unsur tradisional bangunan. Ini memberikan sentuhan otentik yang menghormati sejarah, namun tetap relevan dengan gaya kontemporer. Kedua, fungsi adaptive reuse ini tidak hanya berfungsi untuk kepentingan estetis, tetapi juga membawa nilai sosial dan ekonomi yang signifikan.
Dengan mempertahankan karakter lokal, bangunan lawasan ini berperan dalam melestarikan budaya sekaligus menjadi daya tarik komersial yang meningkatkan interaksi sosial dan mendukung bisnis lokal. Ketiga, makna adaptive reuse terletak pada keberhasilannya menciptakan harmoni antara masa lalu dan masa kini, di mana elemen budaya Jawa dibawa ke dalam kehidupan modern. Hal ini mencerminkan bagaimana kedai kopi tidak hanya berfungsi sebagai tempat relaksasi, tetapi juga sebagai ruang sosial yang kaya akan identitas budaya, memperkuat nilai lokalitas dalam konteks perkembangan masyarakat urban di Surakarta.
Yuninggar menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi untuk mengkaji proses adaptasi ini, mulai dari observasi, wawancara dengan pemilik kedai, hingga analisis elemen desain yang membentuk pengalaman ruang. Hasilnya, penerapan adaptive reuse di Surakarta sukses menggabungkan identitas lokal dengan kebutuhan masyarakat modern, sekaligus memperkaya nilai historis bangunan lawasan.
”Kedai kopi di Surakarta yang mengusung konsep adaptive reuse dalam estetika lawasan Jawa memberikan contoh yang inspiratif tentang menjaga warisan budaya yang dapat diintegrasikan dengan kehidupan masa kini, menciptakan ruang yang tidak hanya indah dan fungsional, tetapi juga penuh makna dan relevan,” tulisnya dalam Tesis tentang adaptive reuse. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan lebih lanjut dalam dunia desain, khususnya di bidang pelestarian budaya melalui desain arsitektur dan interior.
Penulis: AK. Dawami.