Riles Kuliah Umum SENI RUPA NUSANTARA

SENI RUPA NUSANTARA:

MODAL KULTURAL UNTUK PERLAWANAN ESTETIKA

Surakarta, 23 Juni 2022

Perkara estetika timur dan barat, ibarat sebuah persepsi keindahan tentang seni dalam segala bentuk kreasinya berbeda dalam wujud visual dan peruntukkannya, mengapa seni rupa itu hadir. Bincang menarik dalam kuliah umum secara daring atau virtual via zoom dengan menghadirkan  narasumber Prof. Dr. I Wayan “Kun” Adnyana (Rektor Isi Denpasar). Mengapa dan bagaimana seni rupa nusantara ini mewarnai sendi kehidupan masyarakat zaman dahulu, sebagai warisan nenek moyang, yang masih relevan untuk dipertahankan atas hadirnya hegemoni estetika seni rupa luar atau barat. Kuliah umum semester genap 2021/2022 i dihadiri oleh mahasiswa pascasarjana, mahasiswa program sarjana dan dosen Institut Seni Indonesia Surakarta pada hari Kamis, 23 Juni 2022 mulai jam 10:00 WIB sd. 12:00 WIB.

Sebelum dimulainya perkuliahan, hadir dalam kuliah umum secara daring ini  adalah Dr. Sunarmi, M.Hum selaku Direktur Pascasarjana ISI Surakarta memberikan sambutan beberapa patah kata, kemudian dilanjutkan Dr. Zulkanaen, M.Hum selaku kaprodi Program Studi Seni, Program Doktor (S3) membacakan CV Prof. Kun.  Pemaparan CV selesai kemudian acara kuliah dimulai, dipandu oleh Dr. Handriyotopo, M.Sn selaku Kaprodi Program Studi Seni, Program Magister (S2). Pemaparan yang begitu jelas dan gamblang oleh Prof Kun, begitu panggilannya memulai pembukaan kuliah secara daring. Dikatakannya bahwa “Seni rupa nusantara merupakan modal kultural untuk perlawanan estetika dari hegemoni luar atau barat dan bagaimana kita menyikapi terhadap hadirnya seni rupa dari luar itu bisa kita hadapi dengan semangat kreativitas untuk inovatif tanpa meninggalkan identitas kelokalan budaya nusantara ini sebelum negara Indonesia lahir.” Dengan demikian Seni Rupa Estetika Nusantara ini menjadi sebuah ideologi dan menjadi pedoman dalam berkreasi seni agar seni budaya kita tetap eksis di tengah-tengah persaingan kebudayaan antar negara ataupun bangsa. Kemudian tatanan seni rupa estetika nusantara ini terus dibangun dan dikembangkan karena Indonesia sebagai bangsa yang besar, yang terus bertekat melestarikannya. Hal ini mestinya masuk kedalam sistem pemerintahan seperti undang-undang pemajuan seni dan kebudayaan. Hal inisudah dilakukan di bali dalam 19 objek ketetapan ujarnya. Modal kultural estetika nusantara ini banyak ditemui dalam sendi kehidupan masyarakat nusantara dan salah satu artefak seni arsitektural diakui keberadaannya oleh bangsa-bangsa di dunia adalah candi Borobudur. Selama kurang lebih 2 (dua) jam Prof .Kun memberikan perkuliahan ini dan berhasil memikat mahasiswa untuk memberikan beberapa pertanyaan kritis terkait problem perlawanan estetika nusantara  yang pada akhirnya berkembang tidak saja pada ranah kesenirupaan saja.

Pemaparan menarik berkaitan dengan aspek filosofis seni rupa dikatakan Prof. Kun, dimana kita mestinya Berkerpibadian Seni Rupa Nusantara, yang meliputi aspek Purnarupa (seni rupa sakral), Adirupa (seni rupa monumental), Kararupa/Citra Kara (seni murni), Purwarupa (desain), Kriyarupa (kriya). Bangsa kita juga memiliki modal  budaya. Dimana MODAL BUDAYA itu akan berhubungan dengan selera budaya dan pola konsumsi, sebagaimana dikatakan oleh Bourdieu dalam Harker. Ada empat modal yaitu Budaya Sakral, Warisan Luhur, Budaya Tradisi, dan Budaya Kreatif. Berkaitan dengan Seni Rupa Nusantara, hal ini meliputi pada aspek Bhuwana-Manu-Rupa. Pada Konsep Bhuwana yaitu Bhuwana Agung-Bhuwana Alit, akan melakukan Harmoni Alam dan Religiositas Desa Kala Patra, dalam pandangan Bali. Pada tataran konsep Manu, maka perilaku ini mesti masuk ke dalam Sistem Pemuliaan Warisan Luhur dan melakukan Nyantrik-Aguron-guron.

Seni Rupa Nusantara, hal ini meliputi pada aspek Bhuwana-Manu-Rupa. Pada Konsep Bhuwana yaitu Bhuwana Agung-Bhuwana Alit, akan melakukan Harmoni Alam dan Religiusitas Desa Kala Patra, dalam pandangan Bali. Pada tataran konsep Manu, maka perilaku ini mesti masuk ke dalam Sistem Pemuliaan Warisan Luhur dan melakukan Nyantrik-Aguron-guron. Aspek rupa meliputi Rupa Mistis, Sosio-Relegius, Fungsional, dan Estetika, Mutualitas Personal-Komunal dan Ruang Apresiasi Sosio-Religi.

Bagaimana dengan Purwarupa: Desain Nusantara? Bahwa Karya desain sebagai karya otonom, dalam tradisi Nusantara ada pada khasanah literatur (pengetahuan tradisional), seperti Asta Kosala-Kosali di Bali yang memuat tentang kaidah perancangan dan pembangunan karya arsitektur tempat tinggal dan tempat suci. Sedangkan Kriyarupa: Kerajinan Nusantara seperti apa? Tentu saja karya kerajinan Nusantara sangat kaya ragam, khas, dan unggul. Khasanah kriya memadukan seni dan fungsi, seperti batik, tenun, relief, dan perabotan sehari-hari.

Bagaimana dengan Modal Budaya Nusantara? Muatan penting dalam modal budaya nusantara terbagi dalam 6 aspek modal, meliputi yang pertama (1) adalah modal Budaya Sakral, merupakan Ritus dan Benda Sakral.Banyak ragam ritus dan benda sakral di nusantara. Kedua (2) Adanya modal Warisan Luhur , yang memuat tentang kearifan lokal, manuskrip, situs, adat istiadat, serta bahasa dan aksara. Ketiga (3), Memiliki modal Budaya Tradisi yang merupakan pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, pengobatan tradisional, tradisi Lisan, permainan rakyat, arsitektur tradisional, dan olahraga dan yan ke empat (4) Adanya modal Tradisional Budaya Kreatif: Seni, Kerajinan, Desain, Busana, Boga, dan Situs (situs rumpun digital/vitual).

Bagaimana  Karakter dan Perlawanan Estetika  Nusantara itu? Bagaimana  Karakter dan Perlawanan Estetika  bisa tumbuh atau muncul? Dijelakan lebih lanjut Prof. Kun, mengatakan bahwa; menurut Sukarno (Presiden RI pertam) ada  tiga Pendekatan: 1).Romantik: mampu menggelora kan perjuangan dan hasrat jiwa 2).Dinamik: mampu untuk bertumbuh dan maju 3).Dialektik: mampu menjawab gegala tantangan. Prof. Kun kemudian menutup akhir perkuliahan dan disimpulkan bahwa Seni Rupa Indonesia yang berkepribadian, memuat Lima Seni Rupa Nusantara, yang merupakan kepribadian  dan perlawanan estetika untuk menjadi sistem dan penguatan dalam pemajuan.  Refleksi tiga dari nilai semangat estetika nusantara adalah relevan apa yang dikatakan Soekarno; Romantik, Dialektik, dan Dinamik.(Han)