Revitalisasi Blencong Sebagai Lampu Artistik dengan Pendekatan Adaptive Reuse, Ujian Tugas Akhir S2 Nabyla Fyrda Affawwa

Revitalisasi Blencong Sebagai Lampu Artistik dengan Pendekatan Adaptive Reuse, Nabyla Fyrda Affawwa, NIM 222111027

Surakarta, 4 Februari 2025 — Program Megister Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta menyelenggarakan Tugas Akir Tesis Karya Seni berjudul Revitalisasi Blencong sebagai lampu artistic dengan pendekatan adaptive reuse oleh Nabyla Fyrda Affawwa. Karya tesis ini diselsikan di bawah bimbingan Dr. Agung Purnomo S.Sn M.Sn sebagai pembimbing Tesis, Ujian dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 5 Februari 2025 di Lobby Gedung Teater Besar Institut Seni Insonesia (ISI) Surakarta dengan susunan ketua penguji Dr. Handriyotopo S.Sn M.Sn, dan penguji Dr. Aris Budi Murwanto S.Sn M.Sn

Dalam Tesis ini Nabyla Fyrda Affawwa menciptakan lampu blencong dengan kebentukan baru Sebagai upaya untuk melestarikan dan memperkenalkan kembali nilai budaya lokal kepada masyarakat luas, sebuah proyek revitalisasi blencong wayang telah berhasil mengubah fungsi tradisionalnya menjadi lampu artistik dengan pendekatan adaptive reuse. Proyek ini menggabungkan elemen-elemen tradisi dengan sentuhan modern, menciptakan karya seni yang tak hanya menghormati warisan budaya, tetapi juga menghadirkan estetika kontemporer dalam desain interior masa kini.

Proses revitalisasi ini dilakukan dengan sangat teliti dan penuh perhatian terhadap detail, mengutamakan integrasi antara unsur tradisional dan modern. Blencong wayang, yang dulunya merupakan lampu minyak yang digunakan dalam pertunjukan wayang kulit, kini bertransformasi menjadi lampu artistik yang memadukan material modern seperti kaca dan kuningan. Salah satu teknik unggulan yang digunakan adalah teknik kaca patri, yang memberikan kesan elegan dan mewah, serta mempertahankan nilai seni tinggi dalam setiap elemen yang dihasilkan.

Pendekatan adaptive reuse memungkinkan perubahan fungsi blencong tanpa menghilangkan makna budaya yang terkandung dalam bentuk dan sejarahnya. Dengan menggunakan material kaca, blencong kini bukan hanya berfungsi sebagai penerangan, tetapi juga sebagai karya seni yang menghormati akar budaya Jawa. Kuningan, sebagai salah satu bahan yang digunakan, memberikan sentuhan kemewahan, sementara teknik kaca patri yang diterapkan pada bagian-bagian tertentu memberikan efek visual yang memukau dan menyatu dengan pencahayaan.

Manifestasi dari upaya untuk menggabungkan tradisi dan teknologi dengan cara yang harmonis. Dengan memanfaatkan teknik dan material modern, kami berusaha untuk menghadirkan interpretasi baru dari blencong, yang tidak hanya mempertahankan aspek sejarahnya, tetapi juga relevan dengan perkembangan desain kontemporer. Revitalisasi blencong wayang ini diharapkan dapat menjadi simbol dari perjalanan budaya yang mampu beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan identitasnya. Selain memberikan nilai tambah pada sektor seni dan desain, proyek ini juga memperkaya warisan budaya Jawa dengan sentuhan inovatif yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas.