Pengukuhan Guru Besar Antropologi Tari ISI Surakarta, Prof. Dr. Drs. RM. Pramutomo, M. Hum
Pascasarjana ISI Surakarta–Hari ini (5/12) Pendopo Ageng GPH Djojokusumo menjadi saksi momen bersejarah bagi Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, dengan pengukuhan Prof. Dr. Drs. RM. Pramutomo, M.Hum. sebagai Guru Besar di bidang Antropologi Tari atau Etnokoreologi. Kajian beliau menyoroti pentingnya memahami tari sebagai cerminan ekspresi budaya (dance as culture) dalam konteks lingkungan masyarakat yang melahirkannya (dance in culture).

Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Pramutomo mengajak audiens untuk melihat tari lebih dari sekadar bentuk seni. “Tari adalah pernyataan perilaku dan budaya yang berakar kuat secara antropologis. Untuk memahami makna mendalamnya, kita harus memposisikan tari dalam norma dan nilai yang lazim di lingkungan budaya masyarakat pendukungnya,” jelasnya.
Kajian Etnokoreologi Nusantara, belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai paradigma etnosains yang mempertimbangkan keberagaman budaya Indonesia. “Pemahaman masyarakat terhadap tari sering kali terbatas sebagai produk seni atau budaya semata, tanpa mengaitkannya dengan manusia dan masyarakat yang menciptakannya,” tambahnya. Ia menekankan pentingnya norma budaya lokal sebagai dasar memahami bentuk, fungsi, dan makna tarian.
Sebagai pakar yang telah meneliti panorama tari Nusantara, Prof. Pramutomo menggali bagaimana tarian etnik—baik dari komunitas kecil maupun besar—mengandung pesan simbolik, naratif, dan kinestetik. Sajian tari, menurutnya, selalu dipolakan oleh nilai dan konsep seni dari kelompok etnis yang melahirkan tarian tersebut. Bagaimana konsep “dance as culture” dapat diterapkan di masyarakat modern? Dan bagaimana paradigma ini membantu melestarikan kekayaan budaya Nusantara di tengah arus globalisasi? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang harus dieksplorasi lebih luas.

”Saya percaya, Prof Pramutomo akan memberikan energi positif kepada ISI Surakarta. Peristiwa (hari) ini menjadi pemicu bagi dosen lain dalam meraih Guru Besar,” ungkap Rektor ISI Surakarta, Dr. I Nyoman Sukerna, S.Kar, M.Hum. Penelitian berikutnya oleh Prof. Pramutomo memberikan ruang eksplorasi luas bagi akademisi, seniman, dan masyarakat untuk menelusuri lebih dalam hubungan antara tari, budaya, dan manusia.
Pengukuhan ini bukan sekadar penghormatan akademik, tetapi juga ajakan untuk mengembangkan Etnokoreologi sebagai pendekatan multidisiplin dalam memahami tarian Nusantara. Harapannya, tari tidak hanya menjadi objek tontonan, tetapi juga alat untuk membangun dialog lintas budaya yang kaya akan nilai edukatif dan filosofis.
. —
[AK. D]


