Ujian Tugas Akhir Tesis Pascasarjana ISI Surakarta Atas Nama Dwi Hananto Bayu Aji

Program Studi Seni Program Magister, Fakultas Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta menyelenggarakan Ujian Tugas Akhir Tesis Karya Dwi Hananto Bayu Aji pada Jumat (9/7) di Teater Besar ISI Surakarta. Hadir dalam sidang tersebut sebagai tim penguji yaitu Dr. Zulkarnain Mistortoify, M. Hum. sebagai Ketua Dewan Penguji; Dr. Bagong Pujiono, M.Sn. selaku pembimbing; dan Dr. Eko Wahyu Prihantoro, S.Sn., M.Sn. selaku penguji sidang. 

Dalam Ujian Tugas Akhir Tesis Karya Seni minat Penciptaan Seni Pertunjukan, Dwi mempertahankan tesisnya yang berjudul ” Gelung Minangkara Pengendalian Diri Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan. Filosofi Gelung Minangkara memberikan pemahaman kepada Dwi bahwa permasalahan-permasalahan yang terjadi pada kehidupan manusia tidak bisa lepas dari usaha pengendalian diri. Gelung merupakan interpretasi bagian tubuh manusia yang berada di kepala, sedangkan kepala sendiri berisi otak yang menghasilkan pikiran sebagai sumber berbagai permasalahan hidup bagi penyitas penyakit mental. Karya Dwi ini menjadi sarana untuk mengungkapkan serangkaian proses pengendalian diri sebagai media pengingat bagi masyarakat akan adanya Sedulur Papat Lima Pancer. Hal ini berkaitan dengan fenomena Gen Z yang dianggap sebagai generasi yang rentan terhadap penyakit mental.

Permasalahan kesehatan mental juga pernah dialami oleh Dwi. Pada tahun 2023 lalu ia mengalami gangguan kecemasan yang mengakibatkan sulit tidur dan perasaan cemas berlebih. Hal ini Dwi dapat lewati melalui serangkaian proses medis dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan kesehatannya. Hal inilah yang ia jadikan sebagai pijakan untuk membuat karya pertunjukan untuk tesisnya.

Karya pertunjukan ini mengaktualisasi proses pengendalian diri yang berpijak dari kisah Bima pada seni pertunjukan. Melalui ide kesehatan mental yang ada pada generasi Z dan juga sekaligus sebagai media perenungan terhadap penyitas kesehatan mental, karya ini menciptakan media sosialisasi yang mudah dipahami melalui penggunaan Bahasa sebagai visual pertunjukannya. Dwi melalui karya pertunjukannya mencoba memberi penawaran tentang penyelesaian masalah penyakit mental sekaligus sebagai kritik sosial. Pada sisi lain menyoroti pentingnya pola didik orang tua yang akan dikemas melalui karya Gelung Minangkara melalui perspektif ilmu jawa. 

Dwi menegaskan bahwa ”karya ini bukan hanya tawaran penyembuhan bagi para penyintas Kesehatan mental namun juga merupakan kritik sosial bagi masyarakat yang berdampingan dengan permasalahan Kesehatan mental selama ini.” Memang, penyembuhan permasalahan kesehatan mental merupakan sesuatu yang membutuhkan kesadaran kolektif, baik bagi penyintas, orang tua maupun lingkungan sekitar. Selain itu pertunjukkan ini merupakan sebuah kritik bagi pertunjukkan wayang selama ini yang seharusnya menjadi patron kemapanan nilai-nilai kehidupan.

Berikut dokumentasinya: