Kolaborasi Art Exebition Performance Karya Expo Pascasarjana 2022

PASCASARJANA AWALI PERFORMANCE

EKSPRESI SENI KOLABORATIF

PADA DIES NATALIS KE 58 Thn. ISI SURAKARTA

Surakarta, 16 Juli 2022

Ekspresi seni merupakan aktualisasi pengalaman batin senimannya dalam berkarya seni. Pementasan karya seni performance, seni visual yang menjadi perhatian untuk ditampilkan  pada malam Expo 58 Tahun Institut Seni Indonesia Surakarta di Pendopo Ageng pada tanggal 16 Juli 2022 dari Prodi Seni Pascasarjana. Dr. Handriyotopo, M.Sn. selaku koordinator performance dan pameran seni visual sekaligus sebagai Kaprodi Seni Pascasarjana ISI Surakarta, Program Magister mengatakan bahwa “Ekspresi Performatif Sebagai Ekspresi Estetik Seni Visual Kolaboratif”merupakan sumbangsih di Pascasarjana dalam mengungkap rasa seni sebagai ajang unjuk kebolehan dalam kompetensi bidang seni akademik mahasiswa yang mampu berkolaborasi untuk diekspresikan pada masyarakat di ruang-ruang publik.Hal ini selaras dengan apa yang diinginkan direktur Pascasarjana Dr. Sunarmi, M.Hum., bahwa eskpresi seni dari Program Studi Pascasarjana haruslah mampu melakukan sumbangsih terhadap perkembangan ekspresi seni itu di masyarakat. Tentu saja karya seni harus mampu memberikan atmosfir lebih pasca pandemic ini untuk bangkit dengan melakukan aktivitas kesenian berkolaboratif. Dalam artian kehadiran seni untuk terus dikreasikan sedemikian rupa untuk masyarakat secara luas, baik masyarakat akademik, sangggar seni dan komunitas serta industri seni itu sendiri. Demikian pula ekspresi seni performance ini selaras dengan tema Aktualisasi, Moderasi, dan Keberagaman, sebagai perhatian dari  ISI Surakarta saat Dies ke 58 Tahun, tegasnya.

Sebagai awal pementasan performatic dilakukan oleh M. Fauzi mahasiswa program doctoral penciptaan karya seni visual, yaitu Deaf Photography dengan tema In Light Story. Bersama iringan musik oleh Razan, Deaf Photography di pentaskan dengan narasi atau cerita isyarat tunarungu yang diperankan oleh performer. Foto terdiri dari 4 karya, masing-masing karya yang ditampilkan disetiap sisi dalam bentuk persegi empat. Output material foto menggunakan kain berkuran 2×3 meter dengan standing berbentuk kubus disertai 4 buah proyektor berkualitas tinggi 5500 lumens yang dikontrol melalui Wi-Fi. Pementasan dari karya performatif Deaf Photography M. Fauzi, yang berkolaborasi dengan komunitas difabel tunarungu sejumlah 30 orang. Mengakhiri pementasannya bersama Razan, saat mengiringi performer Deaf Photography ini bersama komunitas tunarungu Surakarta cukup dramatic. Turut hadir saat pementasan Wakil Direktur Pascasarjana Dr. Budi Setiono, M.Si mengatakan bahwa Karya M. Fauzie sangat penting,  karena memberi ruang yang berkeadilan bagi penyandang disabilitas untuk merespon dunia dan mengekspresikan  dirinya, demikian ujarnya. Di sisi lain, Kaprodi Program Doktoral (S3)  Pascasarjana Dr. Zulkarnain Mistortoify, M.Hum memberikan komentar dari karya Deaf Photography sebagaimana dikatakannya bahwa “M.Fauzi sangat percaya diri dalam  memadukan hasil karya eksperimen fotografinya dengan dunia difabilitas sebagai bagian dari proses perjalanan dirinya. Ia juga memberikan sumbangan baru dalam perspektif dunia pertunjukan fotografi.”

Dukungan pementasan kolaboratif mahasiswa Pascasarjana ini kemudian menghadirkan set property televisi yang menayangkan 3D animasi architektural dengan teknik pengambilan gambar secara cinematic oleh mahasiswa Koko Is Prayogo dan Muthiah Anas Salma. Berkisah melalui shot gambar-gambar ruangan yang mampu menceritakan tentang intimnya manusia dengan ruang yang bernama “rumah” atau hunian tempat tinggal. Karya ini dibuat dalam rangkaian sudut pengambilan gambar yang menarik saat suasana pulang rumah dengan maksud memberikan suasana ‘hangat’ yang dirindukan oleh pemilik rumah itu sendiri. Kehadiran karya seni kriya rupa “Ratu Kaliyamat” menambahkan suasana berbeda ketika karya ini tidak hadir di ruang Galeri, namun di Pendopo Ageng ISI Surakarta yang mengusung komposisi karya ukir dan simetris pada ukiran tumbuhan. Hal ini sebagai upaya ekspresi estetik si senimannya dalam wujud karya ukir visual melingkar berwarna keemasan adalah yang paling dominan dalam medium kayu jati, ukuran 1400mm x1400mm tebal 50 mm dengan sejumlah 3 (tiga) Karya. Ragil begitu panggilannya ini sebagai seniman kriya yang sedang menempuh studi S2-nya melakukan kolaborasi cukup apik dengan Yeni Criwil, yang bersenandung merdu dengan iringan musik rebab yang dimainkannya menjadikan penuh dramatik dalam perform ini.

Performance white wins black/black wins white sebagai penutup pagelaran di Pendopo Ageng ISI Surakarta Jl. Ki Hadjar Dewantara 19, Kentingan, Jebres. Konsep hitam dan putih diusung kali ini oleh GuhSMana yang hadir di pendopo adalah sebagai refleksi kehadiran dalam diri manusia bahwa ia hadir dan masuk dalam sendi kehidupan keseharian tanpa kita sadari. Manakala tujuan Si Hitam bisa jadi menjadi pemenang, dan bisa jadi pula Si Putih menjadi pemenangnya. Bisa jadi jiwa-jiwa yang penuh kesucian dalam diri manusia sebagai warna putih, dan jiwa-jiwa kekuatan hitam menyeliputi dalam diri manusia yang penuh ambisi mengalahkan yang putih, atau hitam putih adalah sebuah pilihan pungkasnya. Lebih lanjut dikatakannya bahwa performance art costum show ini mengusung thematic: white wins black | black wins white, sebagai konseptor seniman multi talent GuhSMana sekaligus pengampu di program Magister Seni Pascasarjana ISI Surakarta. Sebagai pembuka pertunjukkan dari performance GuhSMana ini adalah crew dance menari mengikuti music, yang dimainkan oleh DJ yang kemudian beberapa waktu GuhSmana tampil dengan balutan art costum warna putih sebagaimana ia perankan. Properti saat performance, GuhSmana bermain sambil memainkan bola-bola bable yang cukup ringan. Menurut  Dr. Budi Setiono, M.Si saat melihat karya ini mengatakan bahwa karya GuhSMana juga sangat penting, karya Art Costum menjelma menjadi performance yang estetik, bukan lagi dunia glamour industri pakaian, pungkasnya.

Sebagai penutup Direktur Pascssarjana Dr. Sunarmi, M.Hum memberikan apresiasi yang tinggi, dan dikatakannya bahwa “Gelar Karya Expo Pascasarjana ISI Ska tanggal 16 Juli 2022 kemarin sebagai bukti bahwa Pascasarjana  mampu jalin jejaring kerjasama antara pengelola, Dosen, Mahasiswa, Alumni, Seniman hebat dari dunia Industri maupun yang hadir seniman Murni Pribadi.” Lebih lanjut tentang harapannya ini mengungkapkan, “Kerja keras tanpa lelah tanpa pamrih semata sama-sama ber-visi menjunjung tinggi  Pascasarjana ISI Surakarta dan Desain dalam kancah global. Kehadiran gelar karya yang tidak hanya luring di Pendapa ISI tetapi dapat dinikmati secara daring melalui IG (Instagram) pascasarjana maupun para Seniman dan Desainer.”(han)