WEBINAR SENAKREASI

Term of Reference
WEBINAR
SEMINAR NASIONAL KREATIVITAS DAN STUDI SENI
“SENAKREASI”
Thema: Riset Artistik Sebagai Tradisi Pengembangan Penciptaan Seni
Ketika seniman meyakini bahwa seni tetaplah seni, maka penciptaan seni hadir sebagai manifestasi dari ekspresi atas respon terhadap fenomena yang tergelar di hadapan kesadaran diri. Keyakinan ini melahirkan sikap terbelah di antara para seniman. Ada seniman yang meyakini bahwa ekspresi atas respon cukup didasari dengan keyakinan dan kecakapan artistik yang ada di dalam diri. Namun, di sisi lain ada yang meyakini bahwa ekspresi seni adalah aktivitas artistik yang didasarkan pada pengetahuan hakiki yang tidak saja mengungkap secara simbolik nilai-nilai yang wigati, tetapi juga didasarkan pada perhatian atas cara seni menyatakan dirinya sendiri. Untuk itulah muncul kecenderungan orang yang tertarik pada penelitian, yang bertumpu pada kehendak dan aktivitas artistik, yang memperhatikan secara serius cara kerja seni, baik manifestasinya maupun metodenya.
Ketika di dalam diri seniman tumbuh kesadaran bahwa seni adalah aktivitas artistik berdasarkan pengetahuan hakiki, kesadaran itu menumbuhkan kehendak untuk menyajikan elemen nilai yang tidak saja terbatas pada masalah keindahan, melainkan juga kebenaran. Kesungguhan dan komitmen pada kebenaran itulah yang kelak akan menghidupkan penciptaan seni sebagai ilmu pengetahuan yang memiliki pilar eksistensi yang baik. Sebab, ilmu penciptaan seni sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain juga memerlukan pilar eksistensi. Dimensi epistemologis, ontologis dan aksiologis dalam aktivitas penciptaan seni hingga saat ini hanya hadir dalam fenomena pengetahuan seni sebagai common sense. Pertanyaannya, bagaimana menghadirkan penciptaan seni sebagai ilmu pengetahuan, penciptaan seni yang dilakukan seniman berdasarkan basis pemikiran yang memiliki pijakan epistemologis yang tidak saja mengedepankan aspek intuitif, tetapi juga rasional. Sebab, bagaimanapun juga seni adalah dimensi ekspresi manusia yang menyatakan nilai-nilai, yang tentu saja “kebenaran” juga sering menjadi concern seorang seniman pencipta. Seni sampai kapanpun memang tidak akan pernah ilmiah. Namun, mencipta karya seni membutuhkan ilmu pengetahuan penciptaan seni sebagai dasar teoretis dalam tindakan praktis.
Berdasarkan elaborasi pemikiran di atas, diharapkan Senakreasi dapat membantu merumuskan sumber, sarana dan tatacara penciptaan seni sebagai aktivitas sekaligus pengetahuan dan metode. Rumusan itu sangat diperlukan bagi perguruan tinggi seni. Mengingat, tiap perguruan tinggi seni harus menghasilkan ahli-ahli seni visioner yang mampu menemukan, menciptakan, dan memberikan kontribusi baru pada pengembangan, serta pengamalan ilmu seni, baik dengan menghasilkan karya desain, prototipe, atau inovasi seni .