KERIS TANGGUH YASAN NDALEM PAKU BUWONO SURAKARTA – Kuntadi Wasi Darmojo
Pascasarjana ISI Surakarta – Pada hari Rabu, 15 Januari 2025 diselenggarakan ujian Proposal S3 atas nama Kuntadi Wasi Darmojo NIM. 18311104. TIM penguji dalam ujian ini adalah:
- Dr. I Nyoman Sukerna, S.Kar., M.Hum.
- Dr. Zulkarnain Mistortoify, M.Hum.
- Prof. Dr. Dra. Sunarmi, M.Hum.
- Prof. Dr. Sarwanto, S.Kar., M.Hum.
- Dr. Bagus Indrayana, M.Sn.
- Prof. Dr. Soetarno, DEA
- Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc.
Kuntadi Wasi Darmojo dalam ujiannya berusaha mengungkap permasalahan yang berkaitan dengan eksistensi keris terutama mengenai istilah tangguh dalam sebuah konsep. Menurutnya, secara historis Keris Tangguh Yasan Ndalem Paku Buwono Surakarta, merupakan keris yang terbuat pada zaman kerajaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan merupakan lanjutan dari keris tangguh sebelumnya. Keris Tangguh Yasan Ndalem Paku Buwono Surakarta merupakan bagian dari warisan nenek moyang yang berupa budaya bendawi. Lanjutnya, sebagai budaya bendawi Keris Tangguh Yasan Ndalem Paku Buwono Surakarta, memiliki, bentuk, teknik dan fungsi dengan ciri-khas yang unik dan menarik Tangguh adalah merupakan istilah yang sangat populer di dalam dunia perkerisan.

Kuntadi menyebutkan, tangguh dipergunakan sebagai metode untuk menentukan perkiraan dari zaman apa, pada pemerintahan siapa dan juga tentang gaya kedaerahan mana sebilah keris tersebut dibuat. Keris tangguh memiliki beragam bentuk dhapur, yang memiliki bentuk karyanya dengan konsep mutrani ( revitalisasi ). Keris disebut sebagai budaya bendawi yaitu suatu rancangan guna menata kehidupan manusia yang melibatkan pula lingkungan fisik alamiah serta lingkungan sosial budaya. Sehingga keris pada zaman dahulu memiliki peran yang cukup penting dalam masyarakat Jawa, yakni di samping sebagai tanda dan simbol, yang sarat dengan tontonan tuntunan, dan tatanan tetapi juga dipakai sebagai media pengakuan, untuk legetimasi kekuasaan raja. Sajian penelitian ini menggunakan model penelitian deskriptif analisis interaktif kualitatif dengan pendekatan konsep estetika keris Jawa yakni kreteria lahiriah, emosional dan spiritual, untuk analisis bentuk Keris Surakarta. Adapun terkait dengan proses penciptaan karya, Kuntadi menggunakan pendekatan konsep mutrani (revitalisasi), serta pendekatan emik. Sehingga melalui pendekatan tersebut diharapkan dapat mengungkap fenomena istilah tangguh dalam keris yang hingga sekarang belum mapan secara konsep.
