“Manguntara; Mentes, Migunani, Merakyat” Sebuah Konsep Produksi Program Televisi Berbasis Seni Budaya Daerah (Jawa) – Ujian Terbuka Progam Doktor N.R.A. Candra Dwi Atmaja

PPSISISolo – Pascasarjana ISI Surakarta menyelenggarakan ujian Terbuka Program Doktor atas nama N.R.A. Candra Dwi Atmaja, di ruang Seminar ISI Surakarta pada tanggal 26 Februari 2025. Ujian Terbuka ini menghadirkan para penguji antara lain : Dr. Sunardi, S.Sn., M.Sn. (Ketua Penguji), Dr. Zulkarnanin Mistortoify, M.Hum. (Sekretaris), Prof. Dr. Dra. Sunarmi, M.Hum. (Promotor), Prof. Dr. Sarwanto, S.Kar., M.Hum. (Ko Promotor I), Dr. Ranang Agung Sugihartono, S.Pd., M.Sn. (Ko Promotor II), Dr. Handriyotopo, S.Sn., M.Sn. (Penguji), Tito Imanda, S.Sos., MA., Ph.D. (Penguji), Prof. Dr. Sugeng Nugroho, S.Kar., M.Sn. (Penguji) dan Dr. Dedy Setyawan, S.Sn., M.Sn. (Penguji)

    Perkembangan televisi lokal di Indonesia telah membawa idealisme, visi dan misinya masing-masing. Televisi lokal di Indonesia seperti Joga TV telah membawa pendekatan, pencerahan, dan format baru kepada penontonnya di daerah. Terlebih lagi banyaknya porsi muatan lokal untuk program acaranya. Banyaknya format program acara yang telah disajikan merupakan format jenis program acara yang dapat dikriteriakan seperti format yang terbarukan, produk lama yang diregenerasikan dengan menggunakan pendekatan muatan lokal seperti seni budaya daerah (Jawa) sebagai entitas penting untuk menjaga keberlangsungan kegiatan penyiarannya. Perkembangan seni dan estetika sangat dipengaruhi oleh tingkat pengaruh budaya. Keberagaman budaya di Nusantara, yang dipengaruhi oleh agama, kepercayaan, dan pendidikan, memberikan karakter khas bagi setiap daerah. Pluralisme ini memengaruhi bentuk serta perkembangan seni yang beraneka ragam, menciptakan estetika Nusantara yang sangat beragam.

    Hadirnya era globalisasi saati tentunya tak mudah untuk dihindari. Bagaimana menguasai modern dengan sentuhan tradisi, sesuai dengan pandangan masyarakat. Wawasan terhadap paradigma seni modern  mestinya tidak sekedar dipelajari tetapi bagaimana menguasai konsepsi modern sebagai untuk mempelajari tradisi masa lalu. Seorang Produser karya-karya seni audio visual (program acara televisi) atau seniman Indonesia tidak hanya jadi ‘tukang’ di negeri sendiri, tetapi harus mampu menemukan jati diri bangsa dan tampil sebagai seniman yang mampu menampilkan Nusantara yaitu Indonesia sebuah bentuk akar kuat Indonesia yang berwawasan modern. (Kartika, 2016: 85).

    Konsep produksi program acara seni budaya Jawa Jogja TV memiliki konsep Manguntara. Pengistilahan dari konsep ini mengandung simbolisasi pemaknaan dari dasar kata yang mengacu pada pemaknaan idiom Jawa, Mangun dan Tara. Mangun memiliki arti atau maksud membangun. Tara berasal dari sinonim kata Nusantara. Secara umum istilah Manguntara dapat diartikan membangun Nusantara.

    Konsep Manguntara ini memiliki definisi dalam menciptakan karya seni audio visual khususnya untuk program acara televisi dengan basis seni budaya dan potensi kedaerahan. Manguntara terorientasi dapat diimplementasikan dalam level yang luas. Rasa kepedulian tentang potensi-potensi baik kultural maupun yang non-kultural sebisa mungkin mampu dijaga, direvitalisasikan, dan direinterpretasikan kembali dengan sentuhan-sentuhan modernitas zaman seperti halnya sentuhan konsep-konsep kreativitas karya seni audio visual dan kemajuan teknologi di bidang pertelevisian seperti halnya yang telah dilakukan Jogja TV selama ini.

    Ada tiga istilah dari bahasa Jawa yang menjadi kata sapaan atau pembuka program acara Pawartos Ngayogyakarta yaitu Mentes, Migunani, dan Merakyat. Dalam konteks ini diartikan bahwa sebuah program acara seni budaya daerah yang diangkat sebagai materi utama penyiaran televisi daerah sudah harus memikirkan mentes yang artinya berisi. Perumusan konsep program acara dapat disampaikan benar-benar harus kuat dan berisi penuh dengan pesan yang bermakna, informatif, dan edukatif. Sedangkan migunani diartikan bermanfaat.  Setelah perancangan konsep program acara seni budaya daerah yang dibuat setelah kuat dan berisi kemudian dituntut juga harus memiliki asas kebermanfaatan atau berguna khususnya bagi masyarakat yang ada di daerah. Merakyat diartikan rakyat atau masyarakat.Hal ini lebih pada pemaknaan bahwasanya program acara seni budaya daerah harus mudah diterima masyarakat. Tiga istilah tersebut nantinya dapat digunakan sebagai penguat dari konsep Manguntara atau dapat juga diartikan sebagai tagline. Jogja TV sudah seharusnya juga mampu memaksimalkan konsep ini dengan segala hal yang selama ini telah dikelola dan diselenggarakan sebagai dasar dalam kegiatan penyiarannya. Optimalisasi era konvergensi media yang telah mulai juga dilakukan oleh Jogja TV tentunya terus dapat dimaksimalkan dengan melihat spesifikasi platform media yang dipilih dan digunakan. Proses ini dapat terus dilakukan Jogja TV dengan memaksimalkan daya kreativitas karya-karya audio visualnya yang dapat mengisi ruang-ruang platform media sosial khususnya konten atau program dengan basis seni budaya Jawa.

    “Jogja TV mampu mempertahankan siaran yang berbasis seni budaya tradisional karena menggabungkan pemahaman yang mendalam tentang audiens lokal, dukungan komunitas budaya, kolaborasi dengan pemerintah, serta kemampuan untuk menyeimbangkan fungsi edukasi dan komersial. Kesetiaan penonton lokal, dukungan dan ekspansi ke platform media digital juga menjadi faktor kunci yang membantu stasiun televisi ini bertahan dengan program seni budaya tradisional dalam waktu yang lama. Secara fungsional televisi sebagai media massa memiliki harapan sebagai pewaris nilai-nilai sosial kemasyarakatan dan budaya untuk generasi-generasi penerusya (transmission of sosial heritage generation to generation). Proses keberlanjutannya konsep ini juga menjadi sebuah upaya reinterpretasi karya seni khususnya seni audio visual (program acara  televisi). Potensi nilai-nilai sosial kemasayarakatan, ekonomi, seni dan budaya di setiap daerah nantinya dapat disanggit menjadi seni garap produksi karya-karya seni audio visual modern untuk kepentingan aset program-program acara siaran televisi (nunggak semi (mutrani)). ” kata Dr. N.R.A. Candra Dwi Atmaja, S.Sn., M.Sn.

    Temuan konsep produksi program seni budaya Jawa ”Manguntara” memiliki definisi satu bentuk kegiatan dalam menciptakan karya seni audio visual khususnya untuk program acara televisi dengan basis seni budaya dan potensi kedaerahan. Manguntara terorientasi dapat diimplementasikan dalam level yang luas di berbagai daerah yang ada di Indonesia. {NRA’25}

    Dokumentasinya sebagai berikut: