Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta melakukan FGD untuk Prodi Magister Desain dan Penciptaan Seni

Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta melakukan FGD untuk Prodi Magister Desain dan Penciptaan Seni

Hari ini (30/7) Pascasarjana ISI Surakarta melakukan Focus Group Discussion (FGD) sebagai persiapan untuk membuka program magister desain di ruang Grand Rukmi, Lor in hotel. Kegiatan ini dimulai dari hari Selasa-Rabu, 30-31 Juli 2024. FGD ini menghadirkan Dr. Agung Eko Budiwaspodo, M.Sn.; Dr. Drs. Prayanto Widyo Harsanto, M.Sn.; Tisna Sanjaya, S.Sn., M.Sn., Ph.D.; dan Prof Sardono W. Kusumo. Empat (4) pemantik ini mengawali diskusi untuk memperkuat prodi baru desain melalui FGD.

Dalam diskusi ini dihadiri oleh stakeholder, perwakilan industri desain, seniman, desainer, dan pihak terkait dengan pendirian magister desain dan penciptaan seni. Tujuan acara FGD merupakan pengembangan dari program pascasarjana ISI Surakarta untuk masa depan. ”Untuk memenuhi perkembangan ilmu pengetahuan, serta kiprah membuka perluasan akses seluas-luasnya,” tegas Prof. Dr. Dra. Sunarmi, M.Hum, selaku direktur Pascasarjana ISI Surakarta ketika pembukaan.

”Kalau ingin menciptakan S2 desain dan penciptaan seni, jangan lupakan identitas dari ISI Surakarta” pesan rektor ISI Surakarta, Dr. Nyoman Sukerna, S.Kar., M.Hum. Hal ini menjadi bagian penting untuk memahami bagaimana esensi Nusantara dapat menjadi bagian dari karya-karya penciptaan maupun kajian.

Diskusi tentang pembentukan S2 desain dan penciptaan seni, diawali oleh Dr. Agung Eko Budiwaspodo, M.Sn. memaparkan tawaran ’syurga’ tentang bentuk magister desain dan penciptaan seni. ”Dosen harus seperti orang tua dengan anaknya. Orang tua harus mengalokasikan waktu. Dosen seharusnya mengalokasikan waktu,” kata Dr. Agung. Hal ini yang menjadi esensi sebagai pendidik untuk dapat mengembangkan pengetahuan seni.

Selanjutnya, Dr. Drs. Prayanto Widyo Harsanto, M.Sn. memaparkan bagaimana posisi magister desain dan penciptaan nanti. ”Creative Thinking. Mahasiswa harus ada yang menjadi pemantik, ada kurikulum (yang selalu) berubah, harus mengikuti perubahan jaman itu sendiri,” kata Dr. Drs. Prayanto. Hal ini yang menjadikan bagian penting dalam proses pendidikan seni untuk ISI Surakarta.

Pada diskusi malam hari, Prof Sardono W. Kusumo menegaskan pada prodi magister ini, “Hakekatnya seni membawa persepsi-persepsi baru, membawa sensitifitas baru, bentuk adaptasi yang baru.” Bagi Prof Sardono menegaskan bahwa membaca kembali kebudayaan akan menjadi kerangka bagaimana kebudayaan sebagai kata kerja. Bentuk ruh pada prodi baru yang diusulkan oleh Tisna Sanjaya, S.Sn., M.A., Ph.D adalah ”Seni untuk membuat perubahan masyarakat.”

Berikut Dok

Share this post


n